Cerita Bersamboeng – Sebagian besar masyarakat di Provinsi Banten, merupakan pemeluk agama Islam, dengan semangat religius yang cukup tinggi, Rabu (1/2/2023).
Meski begitu, mereka juga sangat menjunjung nilai toleransi, sehingga dapat berdampingan dengan pemeluk agama lain dengan rukun dan damai.
Provinsi Banten memiliki banyak potensi dan kekhasan dalam kebudayaan dan kesenian dalam kehidupan dimasyarakatnya.
Yang sudah cukup dikenal, antara lain adalah, Seni Bela Diri Pencak Silat, Debus, Rudad, Umbruk, Tari Saman, Tari Topeng, Tari Cokek, Dog-dog, Palingtung, serta lonjor.
Selain itu, terdapat juga banyak peninggalan monumen atau bangunan warisan para leluhur. Salah satunya, Masjid Agung Banten Lama, Makam Keramat Panjang, dan masih banyak peninggalan lainnya.
Di Provinsi Banten terdapat Suku Baduy, salah satu suku asli nusantara yang masih eksis mempertahankan adat dan kepercayaannya.
Ya, ‘Suku Baduy Dalam’ merupakan suku asli Sunda Banten yang masih menjaga tradisi anti modernisasi, baik dalam hal berpakaian maupun pola hidup lainnya.
Suku Baduy-Rawayan tinggal di kawasan Cagar Budaya Pegunungan Kendeng seluas 5.101,85 hektare di daerah Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak.
Perkampungan masyarakat Baduy umumnya terletak di daerah aliran Sungai Ciujung di kawasan Pegunungan Kendeng. Daerah ini dikenal sebagai wilayah tanah titipan dari nenek moyang, yang harus dipelihara dan dijaga dengan baik alias tidak boleh dirusak.
Bahasa Keseharian Masyarakat
Penduduk asli yang hidup di Provinsi Banten berbicara menggunakan dialek yang merupakan turunan dari bahasa Sunda Kuno.
Dialek tersebut dikelompokkan sebagai bahasa kasar dalam bahasa sunda modern, dimana memiliki beberapa tingkatan dari tingkat halus sampai tingkat kasar (informal). Pertama tercipta pada masa Kesultanan Mataram menguasai Priangan (bagian tenggara Provinsi Jawa Barat).
Namun demikian, diwilayah Banten Selatan Seperti Lebak dan Pandeglang, masyarakat setempat menggunakan bahasa sunda campuran, sunda kuno, sunda modern dan bahasa Indonesia. Lain juga diwilayah Serang dan Cilegon, menggunakan bahasa Jawa Banten, yang digunakan oleh etnik Jawa.
Sedangkan, di bagian utara Kota Tangerang, terdapat bahasa Indonesia dengan dialek Betawi juga digunakan oleh pendatang beretnis Betawi.
Selain bahasa Sunda, Bahasa Jawa, dan Betawi, tentu bahasa Indonesia menjadi keutamaan bahasa yang digunakan oleh kalangan pendatang dari bagian lain wilayah Indonesia.
Senjata tradisional
Golok adalah pisau besar dan berat yang digunakan sebagai alat berkebun sekaligus senjata yang jamak ditemui di Asia Tenggara.
Hingga saat ini kita juga bisa melihat golok digunakan sebagai senjata dalam silat. Ukuran, berat, dan bentuknya bervariasi tergantung dari pandai besi yang membuatnya.
Golok memiliki bentuk yang hampir serupa dengan machete tetapi golok cenderung lebih pendek dan lebih berat, dan sering digunakan untuk memotong semak dan dahan pohon.
Golok biasanya dibuat dari besi baja karbon yang lebih lunak daripada pisau besar lainnya di dunia. Ini membuatnya mudah untuk diasah tetapi membutuhkan pengasahan yang lebih sering.
Golok khas Banten yang cukup terkenal salah satunya adalah Golok Ciomas dari Pandeglang.
Pakaian Adat
Pakaian adat Banten pada Pria mengenakan pakaian model baju koko dengan lehernya yang tertutup. Serta pakaian bawahnya dilengkapi celana panjang serta diikatkan dengan kain batiknya.
Pada bajunya dikenakan ikat pinggang dan diselipkan sebilah parang di bagian depan. Serta di bahu diselempengkan sehelai kain.
Sedangkan pakaian adat Banten pada wanitanya, memakai baju adat kebaya serta kain batin sebagai bawahannya.
Pakaian ini juga diselempangkan sehelai kain di bahu dan dihiasi dengan bros kerajinan tangan pada bagian depan kancing kebayanya. Pada rambut di sanggul dan dihiasi dengan kembang goyang berwarna keemasan.
Tarian Daerah & Alat Musik
Tari Topeng. Tarian ini dilakukan oleh satu orang pria atau lebih sesuai dengan kebutuhan. Gerakkan tari ini tempak gemulai.Tarian topeng mengisahkan tentang seorang rasa yang balas dendam karena cintanya yang ditolak.
Adapun, alat musik khas Banten, antara lain adalah, Angklung Buhun, Pantung Bambu, Rampak Beduk.
Beragam Kesenian Khas di Banten
Kesenian merupakan keahlian dan keterampilan manusia untuk menciptakan dan melahirkan hal-hal yang bernilai indah. Ukuran keindahannya tergantung pada kebudayaan setempat, karena kesenian sebagai salah satu unsur kebudayaan.
Kesenian dimaksud terdapat banyak macamnya, dari yang bersumber pada keindahan suara dan pandangan sampai pada perasaan, bahkan mungkin menyentuh spiritual.
Ada tanda-tanda kesenian Banten itu merupakan kesenian peninggalan sebelum Islam dan dipadu atau diwarnai dengan agama Islam. Misalnya arsitektur mesjid dengan tiga tingkat sebagai simbolisasi Iman, Islam, Ihsan, atau Syari’at, tharekat, hakekat.
Arsitektur seperti ini berlaku di seluruh masjid di Banten. Kemudian ada kecenderungan berubah menjadi bentuk kubah, dan mungkin pada bentuk apa lagi, tapi yang nampak ada kecenderungan lepas dari simbolisasi agama melainkan pada seni itu sendiri.
Mengenai kesenian lain, ada pula yang teridentifikasi kesenian lama (dulu) yang belum berubah, kecuali mungkin kemasannya. Kesenian-kesenian dimaksud antara lain adalah,
Seni Debus Surosowan, Seni Debus Pusaka Banten, Seni Rudat, Seni Terbang Gede, Seni Patingtung, Seni Wayang Golek, Seni Saman, Seni Sulap-Kebatinan, Seni Angklung Buhun, Seni Beluk, Seni Wawacan Syekh, Seni Mawalan.
Seni Kasidahan, Seni Gambus, Seni Reog, Seni Calung, Seni Marhaban, Seni Dzikir Mulud, Seni Terbang Genjring, Seni Bendrong Lesung, Seni Gacle, Seni Buka Pintu, Seni Wayang Kulit, Seni Tari Wewe, Seni Adu Beduk, dan masih banyak lainnya. (red)
Sumber;