INSPIRASI – Lia, seorang wanita muda terlihat tetap happy dan menikmati hidup meski berprofesi sebagai pedagang kopi keliling.
Kala itu, saat ditemui, ia sedang meracik sebuah minuman instan, pesanan seorang pembeli, dikawasan Pusat Pemerintah Kota (Puspemkot) Tangerang, Senin (29/5/2023).
Kepada www.katanya.co.id, ia bercerita kalau dirinya telah berkeluarga dan memiliki 4 orang anak. Anak pertamanya kini telah duduk di bangku kelas 3 Sekolah Dasar (SD).
Kemudian, anak keduanya masih berusia 5 tahun. Sementara, dua lainnya, adalah anak kembar dan masih sangat kecil.
Bisa disebut Lia ini merupakan seorang ‘Mahmud’ alias Mamah Muda. Namun, berbeda dengan kebanyakan ibu muda lainnya, Lia justru seorang yang cukup gigih dan apa adanya.
Ia mengaku tak pernah malu menjalani profesi yang telah dilakoni selama setahunan ini. Lia tetap bersyukur dan menikmati hidupnya, walau harus ikut berjuang membantu perekonomian keluarga.
“Disyukuri saja. Alhamdulillah cukup buat kebutuhan dirumah. Karena ini juga tanggungjawab saya, untuk membantu keluarga,” ungkapnya, seraya tersenyum.
Warga Gang Jambu, Cipondoh, Kota Tangerang itu, sebenarnya pernah juga bekerja disebuah warung taman jajan foodcourt dikawasan TangCity, sebelum akhirnya ia mencoba peruntungannya dengan berdagang kopi keliling.
Dengan sepeda motor listriknya, Lia setiap hari berjualan diseputaran Puspemkot Tangerang. Berangkat dari sore hari setelah mengurusi kewajiban di rumah, dan pulang terkadang hingga lewat tengah malam.
“Pagi sampe sore urus dirumah dulu. Mulai abis ashar sampe jam 12 malem. Kalau malam Minggu bisa lebih,” katanya.
Walau tak selalu sama, omset minimal yang didapatkan setiap harinya, adalah sebesar Rp75 ribu. Sedangkan, kalau lagi ramai, ia bisa membawa pulang uang hingga Rp300 ribu.
“Omsetnya paling besar bisa 300 ribuan kalau pas ramai. Sepi-sepinya dapat 75 ribu. Tapi itu sudah termasuk modal,” ucapnya.
Meski begitu, diakuinya sebagai seorang wanita, tentu pihak keluarga kerap mengkhawatirkannya, karena berdagang sampai larut malam.
Tetapi karena kebutuhan, hal itu akhirnya menjadi biasa dan termaklumi.
“Sebenernya khawatir tapi karena keadaan, mau gimana lagi. Jalanin aja deh yang penting mah usaha,” sebutnya, percaya diri.
Sama dengan pekerjaan lainnya, ia pun merasakan pahit dan manisnya dinamika perjuangan yang ada setiap harinya. Mulai dari ia harus menyesuaikan diri pada lingkungan yang menjadi tempat ia mengais rezeki.
Kebetulan di saat perbincangan, nampak seorang pekerja kebersihan terdengar meminta kerjasama Lia, untuk ikut menjaga kebersihan disekitar lokasi tersebut.
Dengan senyum ia tentu menyanggupi. Karena Lia tau cara beradaptasi agar ia tetap nyaman melakukan aktivitas pekerjaannya itu.
Dari pekerjaan itu, setiap harinya Lia masih bisa menyisihkan sebagian keuntungan yang didapatkan, untuk bekal bilamana ada keperluan keluarga mendesak.
“Alhamdulillah, masih bisa nyimpen sedikit-sedikit. Untuk jaga-jaga namanya dikeluarga, takut tiba-tiba ada keperluan, misalnya sakit dan lain-lain,” pungkasnya.
Dari cerita Lia, banyak hikmah yang bisa kita petik bersama. Semoga, usahanya itu semakin ramai dan dapat menjadi lebih besar. (red) http://katanya.co.id