NASIONAL, (KT) – Salah satu tradisi yang sangat kental dan masih dijaga dengan baik di kesultanan Yogyakarta adalah tradisi Grebeg Syawal, Jumat (12/4/2024).
Tradisi ini dilakukan pada tanggal 1 Syawal atau hari Lebaran, yang menjadi momen penting dalam perayaan Idul Fitri di Yogyakarta.
Grebeg Syawal menjadi simbol ungkapan syukur pihak keraton atas segala limpahan rezeki dan keselamatan dari Tuhan Yang Maha Esa.
Tradisi turun temurun ini adalah wujud syukur Ngarso Dalem berakhirnya masa puasa di bulan Ramadan.
Tradisi yang dinamakan Grebeg Syawal menjadi bagian dari nilai historis Daerah Istimewa Yogyakarta.
Setiap tahun, pada 1 Syawal atau bertepatan dengan Hari Raya Idulfitri, tradisi ini digelar berupa upacara adat di lingkungan Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.
Dalam Grebeg Syawal Keraton Yogyakarta terdapat gunungan yang dilepas melalui prosesi iring-iringan prajurit kraton.
Gunungan dimaksud berisi berbagai macam bahan makanan dan kebutuhan pokok lainnya yang akan diberikan oleh Sultan kepada masyarakat secara gratis.
Gunungan tersebut kemudian diarak di tengah-tengah masyarakat dengan penuh kegembiraan dan keceriaan.
Tradisi ini juga telah berlangsung selama ratusan tahun.
Sebelum diberikan kepada rakyat, gunungan tersebut diarak terlebih dahulu mulai dari Pagelaran Keraton Yogyakarta menuju halaman Masjid Agung (Masjid Gedhe) di Kauman yang berjarak kurang lebih 1 km.
Di masjid ini, Kyai Penghulu diikuti para ulama keraton beserta para abdi dalem akan memanjatkan doa-doa kebaikan untuk kesejahteraan, kemakmuran dan kebahagiaan serta keselamatan bagi keluarga sultan beserta rakyatnya dan nusa bangsa pada umumnya.
Tradisi Grebeg Syawal bukan hanya sekadar pembagian sedekah, tetapi juga menjadi wujud kepedulian dan kebersamaan antara Sultan dengan rakyatnya.
Masyarakat dengan penuh antusiasme mengikuti arak-arakan gunungan ini sebagai bentuk rasa syukur dan kebersamaan dalam menyambut Idul Fitri. (*/Red)