NASIONAL, (KT) – Ahmed Zaki Iskandar, disebut-sebut masuk dalam bursa kandidat bakal calon Pilgub Jakarta Tahun 2024.
Ya, hal itu bukan tak mungkin, karena mantan Bupati Tangerang ini sekarang merupakan Ketua DPD Partai Golkar DKI Jakarta, Sabtu (13/4/2024).
Namun, sepertinya potensi itu belum lah cukup sebagai peluangnya diatas kertas. Sebab, Pilgub Jakarta merupakan event nasional yang sedianya selalu menjadi perhatian para elite di tanah air.
Pro kontra dikalangan masyarakat pun cukup menonjol. Terutama bila diukur dari rekam jejaknya selama memimpin Kabupaten Tangerang dua periode.
Ada yang menyebut, kalau pria yang akrab disapa ‘Bang Zaki’ ini, sudah cukup berhasil membangun Tangerang saat menjadi Bupati selama 10 Tahun.
Ibnu Jandi misalnya. Sebagai tokoh dan pengamat senior diwilayah Tangerang, ia berpendapat kalau Zaki sudah cukup layak berada di level nasional, baik itu untuk panggung Pilgub Jakarta, maupun peluangnya sebagai Menteri di kabinet Prabowo-Gibran (Presiden & Wakil Presiden Republik Indonesia terpilih 2024) nantinya.
Menurut Jandi, putera Ismed Iskandar ini berhasil menghadirkan perubahan yang cukup signifikan bagi kemajuan Kabupaten Tangerang.
“Kapasitas, kapabilitas, dan integritas seorang Dr. Ahmed Zaki Iskandar, B.Bus, S.E, M.Si (Ketua DPD Golkar DKI serta Tenaga Ahli Menko Perekonomian), adalah sosok yang pantas Untuk memimpin Provinsi Jakarta. Juga sosok yang pantas untuk menjadi Menteri. Semoga. Aamiin,” ujar Ibnu Jandi, di Tangerang, Jumat (12/4/2024) kemarin.
Memang diketahui bersama bahwa pembangunan di Kabupaten Tangerang, melesat pesat. Mulai dari wilayah selatannya, hingga ke daerah utara yang kini juga bertumbuh menjadi kawasan strategis untuk bisnis.
Kabupaten Tangerang kini telah menjadi kota metropolitan baru. Hal itupun dinilai karena kepiawaian Zaki dalam berbagai komunikasi, baik itu kerjasama politik, kemitraan antar stekholder, lembaga serta dengan pihak-pihak swasta.
“Beliau bukan saja pekerja keras yang konsisten. Tetapi juga, karya-karya pembangunan yang beliau gagas penuh dengan inovasi yang brilian dan telah di akui Asean (duta pembangunan daerah) serta mampu berbicara di forum-forum internasional,” tambah Jandi, dalam keterangan resminya.
Berbeda pandang 180 derajat. Dosen ilmu politik Universitas Islam Syekh Yusuf (Unis), Adib Miftahul justru menilai kalau Zaki belum cukup pantas berada di panggung Pilgub Jakarta.
Adib menganggap, rekam jejak Zaki tak sepenuhnya baik. Kabupaten Tangerang yang bertumbuh hanya di beberapa saja, karena kebutuhan swasta.
Bila dilihat secara menyeluruh, kata Adib, masih banyak juga wilayah yang masih belum tersentuh.
“Kalau berbicara potensi Zaki, menurut saya kecil. Zaki ini siapa? Levelnya masih Bupati. Sedikit saja saya bilang, ngurus Kabupaten Tangerang apa sudah berhasil. Dan dia mau ngurus DKI. Lihat Kabupaten Tangerang itu kan bukan hanya Kelapa Dua, bukan hanya Pagedangan. Itu yang ngerjain swasta pak,” sindirnya pedas.
Pertanyaannya, lanjut Adib, APBD Kabupaten Tangerang selama Zaki memimpin 10 tahun itu sudah jadi apa.
“Kalau lihat Tangerang tuh, lihatnya yang sono. Solear, Cisoka, Mauk, ya kan. Apa yang terjadi, kemacetan tambah parah. Polusi apalagi. Banjir apalagi. Belum lagi soal mafia-mafia tanah ratusan hektare itu. Itu di era Zaki lho. Jadi gimana ceritanya, mohon maaf kalau saya agak keras ini,” kata dia, mengukur dari realitas yang diikutinya selama ini.
Oleh karenanya, ia tak yakin bila Zaki tetap memaksakan maju dalam Pilgub Jakarta.
“Gak bisa. Kelasnya masih Bupati dia, belum level nya di Gubernur. Kalau mungkin mau jadi Gubernur itu levelnya Gubernur Banten dulu, jangan DKI. Belum mencapai levelnya. Catat yang keras ini atau bahkan pakai huruf tebal,” ucap Direktur Kebijakan Publik Nasional (KPN) ini.
“Jadi disitu lah harus mengaca diri dulu. Lihat dulu lah tuh solear, lihat dulu lah itu Mauk, sekarang orang Mauk banjir bisa sebulan lebih, banyak saya punya laporan itu warga,” tambah Adib.
Ia juga menilai, masih banyak dampak buruk serta persoalan yang terjadi kala Zaki menjadi Bupati Tangerang.
“Karena apa, perubahan rencana tata ruang, rencana tata wilayah itu banyak mengakomodir pihak-pihak swasta, akhirnya rakyatnya sendiri yang kena imbasnya. Yang tadinya daerah resapan air jadi perumahan misalnya gitu. Prestasinya Zaki dimana? 10 tahun dengan APBD triliunan itu jadi apa,” cecarnya.
Akan tetapi, secara objektifitas tentu Zaki memiliki hak politik dimana pun ia kehendaki. Hanya saja, terang Adib, yang justru masih cukup besar peluangnya adalah untuk Pilgub Banten.
“Kalau itu masih punya khans politik menurut saya ya. Peluangnya masih besar menurut saya. Tapi sekali lagi, irisan elektoral Banten dan DKI beda pak. DKI itu kelasnya sudah kelas nasional. Dan menurut saya Zaki kelasnya masih kelas lokalan,” tegasnya.
Sementara itu, KRM. H. Syarif Abdullah, tokoh agama sekaligus pegiat seni dan budaya Banten memiliki pandangannya sendiri.
Tentu, kata Abah Syarif, yang pertama ia menyampaikan apresiasi atas dedikasi Zaki Iskandar selama menjabat sebagai Bupati Tangerang.
Ia juga mendoakan yang terbaik bagi Zaki, agar dapat terus berkarya nyata bagi bangsa dan negara.
“Suka tidak suka, kita harus sampaikan apresiasi kita kepada Bapak Ahmed Zaki Iskandar, karena berdedikasi sebagai Bupati Tangerang dua periode. Adapun adanya kekurangan, itu sebuah hal yang lumrah sebagai seorang manusia,” kata H. Syarif yang dahulu pernah menjabat Sekretaris RW 04, Kelurahan Gunung Sahari Selatan, Jakarta Pusat di era 1980an.
“Kami mendoakan yang terbaik untuk beliau, dimana pun beliau bertugas saat ini. Karena yang terpenting dalam hidup ini adalah karya nyata dan dapat bermanfaat bagi manusia lainnya,” pungkasnya. (Gus)