Taktik Intelijen, AS Sering Gunakan Isu Mistis Lokal Saat Perang di Asia

Waktu Membaca:4 Menit, 26 Detik

MANCANEGARA, KT) – Banyak taktik dan strategi dalam peperangan. Termasuk pada masa perang dunia ke II silam.

Ya, perang tak hanya dilakukan dengan kekuatan persenjataan seperti senapan atauupun tank.

Penggunaan taktik yang mempengaruhi kondisi mental lawan juga ternyata jadi salah satu hal yang digunakan supaya tentara musuh kehilangan semangat tempur hingga akhirnya mengalah dengan sendirinya.

Biasanya, upaya itu dilakukan dengan memanfaatkan kultur serta keyakinan tinggi akan hal-hal yang sifatnya takhyul atau gaib.

Yakni dengan membuat fenomena gaib palsu supaya melemahkan semangat juang lawannya.

Hal itulah yang pernah dilakukan oleh Amerika Serikat saat berperang di Asia.

Hantu Rubah Jepang

Semasa perang dunia kedua, AS terlibat peperangan sengit melawan Jepang.

Meskipun Jepang jauh lebih kecil dibandingkan AS, semangat menggebu para tentara Jepang dan kengototan mereka untuk mati ketimbang menyerah menyebabkan Jepang menjadi lawan yang amat merepotkan AS dan sekutunya.

Saat perang tengah sengit-sengitnya berlangsung, AS mengupayakan segala cara untuk memenangkan perang.

Termasuk dengan metode yang nampak tidak masuk akal sekalipun. Hingga AS pun mengundang pakar psikologi militer yang bernama Ed Salinger.

Ed dianggap sebagai orang yang tepat untuk membantu AS mengalahkan Jepang karena Ed pernah tinggal di Jepang dan paham akan seluk beluk budaya orang Jepang.

Menurut pemahaman Ed, rakyat Jepang masih memiliki keyakinan yang amat tinggi terkait hal-hal yang berbau mistik.

Atas pertimbangan tersebut, Ed pun mengusulkan operasi militer rahasia yang berbau klenik. Operation Fantasia adalah nama dari operasi militer rahasia tersebut.

Baca Juga   Rumah & Gudang Material di Kota Tangerang Hangus Terbakar

Ed mengusulkan supaya militer AS membuat penampakan yang serupa dengan hantu rubah Jepang (kitsune).

Pasalnya rakyat Jepang percaya kalau kemunculan hantu rubah menandakan kalau hal yang buruk akan segera terjadi.

Ada beberapa ide yang dipikirkan mengenai bagaimana cara membuat penampakan hantu rubah yang meyakinkan.

Salah satu ide tersebut adalah dengan cara menggunakan rubah sungguhan yang sudah didandani sedemikian rupa.

Sesudah menangkap rubah, personil militer AS kemudian mengecat rubahnya dengan cat radium yang bisa menyala dalam gelap.

Rubah tersebut kemudian akan dilepas di dekat pemukiman penduduk.

Jika segalanya sudah berjalan sesuai rencana, akan ada penduduk setempat yang melihat rubah bercahaya tadi dan melaporkannya ke penduduk lain. Sesudah itu, kepanikan massal diharapkan akan segera terjadi.

Namun sebelum taktik rubah bercahaya ini digunakan untuk melawan pasukan Jepang, mula-mula rubahnya harus diuji coba terlebih dahulu.

Untuk keperluan ini, mula-mula pasukan AS menangkap sekitar 30 ekor rubah. Rubah-rubah tersebut kemudian dibaluri dengan cat bercahaya, lalu dilepas di Taman Rock Creek, Washington D.C., AS.

Petinggi operasi rahasia ini berasumsi bahwa jika penampakan rubah bercahaya ini bisa menimbulkan ketakutan pada rakyat AS, maka harusnya mereka juga bisa memberikan efek serupa pada penduduk Jepang yang notabene keyakinan kleniknya lebih tinggi.

Dan hal itulah yang terjadi. Saat rubah-rubah bercahaya tersebut berkeliaran di taman, banyak warga setempat yang merasa ketakutan dan berlari dalam kondisi panik.

Baca Juga   Rumah Presiden Sri Lanka Digerudug Demonstran

Laporan demi laporan terus bermunculan dari warga setempat mengenai penampakan hantu bercahaya.

Merasa puas dengan uji coba tersebut, militer AS kini berniat menggunakan rubah-rubah bercahaya tersebut di tanah Jepang.

Namun pada saat inilah, mereka langsung dihadapkan pada masalah baru.

Jepang merupakan negara kepulauan yang wilayahnya dikelilingi oleh laut.

Wilayah sekitar Jepang pada waktu itu juga dikelilingi oleh kapal-kapal perang yang rutin melakukan patroli.

Rentetan masalah tersebut menyebabkan pasukan AS merasa kesulitan menyelundupkan rubah-rubah bercahaya tadi ke dalam wilayah Jepang.

Bahkan kalaupun mereka sudah berhasil mencapai wilayah Jepang, mereka juga harus memastikan kalau rubahnya bisa dilihat oleh penduduk lokal Jepang tanpa berhasil ditangkap.

Cat bercahaya pada bulu rubah juga bisa luntur jika rubahnya berendam di dalam air.

Atas sebab-sebab tadi, rencana militer AS untuk melepas rubah-rubah bercahaya di Jepang tidak pernah terwujud.

Namun AS pada akhirnya tetap berhasil memenangkan perang setelah menjatuhkan bom atom di kota Hiroshima dan Nagasaki.

Vampir Filipina

Filipina awalnya merupakan wilayah bekas jajahan AS. Saat Perang Dunia Kedua berlangsung, wilayah Filipina juga sempat diduduki oleh Jepang.

Saat wilayah Filipina berada di bawah pendudukan Jepang, sejumlah warga setempat berinisiatif melakukan pemberontakan untuk mengusir.

Mereka yang melakukan pemberontakan ini tergabung dalam kelompok bernama Hukbalahap atau singkatnya Huk.

Saat Jepang menyerah di akhir Perang Dunia Kedua, wilayah Filipina kembali berada di bawah kendali AS.

Baca Juga   Cuaca Ekstrem, Balawista Lebak Ingatkan Pengunjung Pantai untuk Waspada

Namun perlawanan Hukbalahap masih tetap berlangsung. Kali ini pasukan AS yang menjadi lawan mereka.

Seperti dalam perang melawan Jepang, AS mencoba memanfaatkan tingginya keyakinan rakyat Filipina akan hal-hal berbau takhyul dan gaib.

Untuk keperluan ini, militer AS meminta bantuan Edward Lansdale yang menghabiskan banyak waktu di Filipina saat Perang Dunia Kedua masih berlangsung.

Tahun 1950, Edward mendapatkan ide untuk memanfaatkan teror aswang untuk menumpas perlawanan Hukbalahap.

Aswang adalah hantu Filipina yang dikabarkan gemar menghisap darah korbannya layakbya vampir.

Untuk keperluan ini, mula-mula Edward memerintahkan anak buahnya untuj menyebar gosip kalau ada hantu aswang yang sedang berkeliaran di Filipina.

Edward juga memerintahkan anak buahnya untuk menggunakan taktik khusus saat berpapasan dengan pasukan Hukbalahap.

Saat ada pasukan Hukbalahap yang melintas pada malam hari, tentara AS atau Filipina akan menyergap prajurit Hukbalahap di posisi paling belakang.

Prajurit tadi kemudian akan dibunuh, lalu darahnya dihisap hinggap. Mereka lalu membuat bekas luka menyerupai gigitan taring manusia pada leher korban.

Tujuannya supaya pasukan Hukbalahap mengira kalau mereka baru saja diserang oleh aswang.

Kalau sudah begitu, pasukan Hukbalahap diharapkan akan merasa ketakutan dan tidak mau lagi bersembunyi di kawasan pedalaman.

Dampaknya, pasukan Hukbalahap kini menjadi lebih mudah disergap oleh pasukan pemerintah Filipina. (Dbs)

Sumber :
https://mysteriousuniverse.org/2023/06/Strange-Military-Operations-to-Use-the-Supernatural-as-a-Weapon-of-War/