MEDSOS, (KT) – Suara berisik dari bengkel motor tenggelam oleh alam terbuka kebun kelapa milik warga Padukuhan Kepek, Kalurahan Pengasih, Kapanewon Pengasih, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Toro namanya, sang pemilik bengkel yang berada di yogyakarta.
ia harus bekerja keras di tengah penyakit yang di deritanya,
Bekerja keras seperti ini terus ia lakukan, meski dirinya memiliki keterbatasann harus cuci darah (Hemodialisis atau HD) dua kali dalam seminggu di RSU Rizki Amalia Temon.
Hemodialisis adalah proses pembersihan darah dengan menggunakan mesin dialisis. Toro mulai cuci darah sejak umur 39 tahun.
“Kata dokter ada kista di ginjal saya,”
“Diculik teman-teman mancing (untuk cuci darah), dibantu uang, hingga dibantu agar bisa dicover BPJS. Dengan kondisi saat ini, tinggal mnjalani kehidupan penuh semangat ,” kata Toro
Dulu saya tenggelam dalam Hobi di mesin, berteman dengan 12-15 saset kopi dalam satu hari dan dua bungkus rokok. Saya bahkan bisa lupa makan dan hampir tidak minum air putih.
Kini, Toro masih tetap membengkel. Ia melakoni pekerjaan itu tetap dengan gembira. Semua demi menghidupi istri yang sesekali jualan jajanan pasar, anak pertama yang putus sekolah namun hobi IT, satu anak SMA, satu SMP dan dua SD, serta satu cucu laki-laki yang baru dua tahun
Saat ini, ia cepat-cepat menutup bengkel pukul 16.00 WIB. Kopi hanya tiga kali sehari, rokok berkurang sangat banyak.
Perjuangan Toro menghasilkan Rp 100.000 – 150.000 setiap hari. Sesekali menembus Rp 500.000 sehari bila penuh pelanggan.
Ia masih terus bekerja meski tidak sekeras dulu. Ia tidak mau mengeluh dengan keadaan ginjal yang dinyatakan tidak berfungsi. Tidak ada cara pengobatan lain kecuali jalani Hemodialisis atau memperoleh donor ginjal.
“Hakikatnya laki-laki itu bekerja. Bukan mengeluh. Tidak boleh cengeng,” katanya. (*/San)