LEBAK, (KT) – Malingping, sebuah kecamatan di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, memiliki sejarah unik di balik penamaannya. Kecamatan ini terletak di bagian selatan Banten, berbatasan langsung dengan Samudra Hindia di bagian selatan, serta berbatasan dengan Kecamatan Banjarsari dan Cijaku di utara, Kecamatan Cihara di timur, dan Kecamatan Wanasalam di barat, Minggu (17/11/2024).
Berdasarkan cerita yang dituturkan para sesepuh setempat, nama Malingping berasal dari frasa “Mualim Sumping,” yang berarti “orang saleh dan berilmu telah datang.” Istilah tersebut merujuk pada kedatangan seorang ulama dari Sumedang yang diundang oleh Mbah Raden Mina, tokoh yang berperan dalam sejarah wilayah Banten Kidul.
Jejak Sejarah Mualim Sumping
Pada masa lampau, Raden Adipati Ukur Sumadikara Jayabaya, putra Pangeran Geusan Ulun Panji Timbanagara dari Sumedang, ditugaskan oleh Sunan Gunung Jati untuk menyebarkan Islam di Banten, termasuk di kawasan Baduy. Setelah kemenangan atas ajaran lokal yang bertentangan, wilayah Banten terbagi menjadi empat bagian, salah satunya Banten Kidul.
Mbah Raden Mina, putra Adipati Ukur, mendapat amanah mengelola wilayah Banten Kidul, yang pusat administrasinya berada di Cilangkahan. Setelah bencana meletusnya Gunung Krakatau pada 1883, kantor pemerintahan dipindahkan ke tanah hibah Mbah Raden Mina. Di lokasi baru ini dibangun pendopo, masjid, alun-alun, dan pasar.
Pada masa kepemimpinannya, Mbah Raden Mina mengundang sepupunya yang dikenal saleh dan berilmu dari Sumedang untuk membantu mengelola wilayah tersebut. Kehadiran sang sepupu disambut masyarakat dengan seruan “Mualim Sumping.” Seiring waktu, pengucapan ini berubah menjadi Malingping, yang kemudian diabadikan sebagai nama kecamatan.
Warisan Sejarah dan Religi
Mualim yang datang ke wilayah itu menjadi pusat penyebaran ajaran Islam, mengajarkan agama di berbagai kampung, hingga akhirnya dimakamkan di sebuah tempat yang kini dikenal sebagai “Kuburan Panjang” di Desa Sukaraja, Kecamatan Malingping. Makam tersebut hingga kini dianggap keramat oleh masyarakat setempat.
Makam Raden Mina
Nama Malingping tidak hanya menjadi identitas geografis, tetapi juga simbol sejarah dan spiritualitas yang mencerminkan penyebaran Islam di wilayah tersebut. Bukti keberlanjutan tradisi ini terlihat dari banyaknya pondok pesantren dan ulama yang masih aktif di Kecamatan Malingping hingga sekarang.
Sejarah ini merupakan salah satu dari berbagai versi yang berkembang di masyarakat. Namun, esensinya adalah penghormatan terhadap para leluhur dan budaya lokal yang diwariskan secara turun-temurun. (Dbs/Red)